Wrebek.. Wrebek.. Wrebek..
Wrebek.. Bunyi hp-ku pertanda aku
harus bangun dari keureunda tidurku. Kata temanku sih itu keureunda, padahal
dialah tempat aku merebahkan tubuhku untuk melonggarkan otot-ototku yang keram
dan dia rela menjadi tempat untuk mendengar curhat ketika aku lagi galau.
Hehehe
Mata bengkak berotot merah
disertai cairan yang telah mengeras di sekitarnya membuatku harus segera membersihkannya.
“Joool ...!! pat sabon?? Lon hana le sabon nyo, ka abeh”. Itulah kata pertama yang
terucap di pagi hari itu. “Inan ateuh mari lon kacoook”, jawabnya dengan nada
agak keras. Mungkin karna aku meminta sabun miliknya sehingga membuatnya dia
agak kesal. Itulah yang terbesit dalam pikiran kotorku.
Bakda mandi aku pun segera
memanaskan mesin kereta seraya menunggu memakai sepatu. “Busseettt dahh!! ini
kereta pada gak mau hidup segala lagi”,
ucapku dalam hati. Berbagai macam cara kulakukuan untuk menghidupkan keretaku.
Setelah kakiku begitu pegal karna harus mengengkolnya barulah dia bernafas.
Sial lagi. . .
“Ada polisi woy”, ucap salah
seorang pengguna jalan pada pagi itu. Kutancapkan gas tanpa peduli lagi dengan
polisi dan kreta serta mobil yang ada disebelahku. Ngitung-ngitung biar selamat
uang 100 ribu dari dompetku karna spion tak pernah menemani keretaku. Hehehe reman bacut.
Lagi-lagi macet menjadi sarapan
pagi di jalan sebagai ganti karna gk makan pagi di kost. 10 menit kemudian
macet pun terlewati. “huuufftt”, alhamdulillah.
Gloh..gloh.. gloh.. gloh.. gloh.
“Peulom nyo honda”?!! Kuhentikan keretaku sejenak dan ternyata bensin telah
meninggalkan tangkinya. Kudorong kereta dengan wajah tersipu malu dibalik kaca
helm sirver GM-ku hingga ke tempat penjualan minyak eceran. “Baaaaangg, minyeuk
silite beh”. Setelah dia mengisi bensin lalu aku pun merogoh saku celana untuk
mengambil uang. Selagi tanganku merogoh dalam saku celana, terbesit dalam
pikiranku “ that geupap, tuwe kucok dompet ateuh kaso,,, FUUUUCCCKKK”. Dengan
wajah tersipu malu sekali lagi aku pun mengatakan padanya, “Bang, tuwe lon ba dompet nyo, kiban? Ooo
meuhan meunoe manteng bang. Nyopat na hp lon sebagai jaminan jih bang, eunteuk
lon gisa lom wate kaleuh lon cok peng. Nyopih kateulat bang neuk jak u kampus”.
”ooo get dek, hahaha”. Jawabnya sambil tertawa.
Inilah hari yang paling sial
dalam hidupku. Benar-benar menyiksa dan butuh kesabaran tingkat tinggi untuk
mengahadpinya. Uuupppsss, tidak hanya sampai disitu. Ketika tiba di kampus aku
harus menunngu dosen pembimbing untuk mengambil kartu hasil studiku. Lebih
kurang setengah jam barulah dia menancapkan pantat di kursi panasnya setelah
aku bosan menunggunya. Mungkin hari ini menjadi hari sial seumur hidupku.
Mata yang agak sipit dengan hitam
disekitarnya disertai alis tebal dan bibir seksi yang menjadikan wajah itu
tampak beda di mataku. Bukan hanya itu saja, kulit putih disertai dengan tubuh
yang berisi membuatku terpana sejenak. Segala penat dipikiranku dengan berbagai
hal sebelumnya hilang dalam seketika.” Soe
nan”, tanya bapak padanya. Dengan segala innerself nya hingga aku tidak mendengar siapa namanya ketika
ditanya bapak. Karna rasa penasaran yang menghantuiku, maka aku pun bertanya
pada temanku. Kata temanku sih namanya
Azizah. Itu pun kalo gak salah
tambahnya. Rasa penasaran terus menghantuiku saat itu. Hingga aku pun bertanya
pada temanku bagaimana cara untuk mendekatinya. “Tanya aja sama Fahmi teman dia
tadi tu”, kata temanku Raja dengan cueknya.
Setelah selesai ngampus, aku pun
mendatangi menghampiri Raja temanku untuk meminta nomor hp Fahmi. Ketika sore hari aku pun menghubungi Fahmi dengan nomor yang
telah diberikan Raja. Aku berbicara panjang lebar dengannya hingga aku pun
mendapatkan nomor Azizah darinya.
“Ya Tuhaan... Betapa bahagianya
aku hari ini”. Aku tidak sadar kalau hari ini adalah hari sialku telah menjadi
hari yang begitu perfect. Itulah
wanita. Kita bisa lupa karnanya.
Bakda isya, tanpa pikir panjang
kuberanikan diri untuk mengirim sms pertama untuknya. Tak butuh waktu lama dia
pun membalasnya. Dan ternyata tidak salah kalau aku memilih kuliah di UIN
ar-raniry jurusan komunikasi. Hehehe, yang penting olah.
Setelah beberapa hari saling
berkomunikasi kami pun akhirnya ketemuan untuk pertama kalinya di Kantin
Jami’ah. Lambaian tangannya menunjukkan bahwa itulah dia dengan kereta mio
putih miliknya. Kami pun hampir saling tidak mengenal lagi satu sama lain
karena rambutku telah pendek setelah kupangkas dan dia pun menjadi lebih-lebih
bahkan lebih segalanya dari hari pertama aku bertemu dengannya di kantor dosen.
Komunikasi kami pun berjalan
lancar hingga kami saling bertukar pikiran dan dia ternyata memiliki keunikan
yaitu ketawanya lumayan gede dari kepribadian
cewek lainnya. Tapi gue suka gaya loe..
hehhehe. Hingga kami pun harus berpisah untuk pulang karna azan asar
telah berkumandang. Rasanya ingin selalu bersama dengannya hingga matahari
memejamkan matanya di ufuk Barat. Tapi itu tidak mungkin. “Adek pulang dulu
ea?”, itulah kata terakhirnya.
Dari sinilah perjalanan
persahabatan kami dimulai, akankah persahabatan kami berakhir suatu saat nanti ataukah
menjadi lebih dari sekedar sahabat??
Jawabannya ada pada kami dan
Tuhan,,, J J J J