Selasa, 22 April 2014

JERMAN IMPIANKU


            Teeet...! Teeet...! Teeet...!
            “Duuuh... bel uda bunyi. Aku harus segera masuk kelas kalau tidak aku akan terlambat mengikuti tes.” Zizi mempercepat laju langkahnya menuju kelas. Otaknya berhenti berpikir sejenak ketika melihat semua peserta telah berkumpul di dalam kelas disertai pengawas. Semua mata tertuju padanya. Tak ketinggalan juga pengawas sangar pun melototinya hingga membuat pendirian Zizi runtuh. Lantas spontan melihat ke arah belakangnya dan ternyata itu temannya yang ingin mengikuti tes ke Jerman juga. Pikirannya tadi yang tak taruan, sekarang normal kembali. Lalu mereka pun diizikan masuk setelah memberikan alasan kenapa mereka telat. Ditemani pena barunya dia benar-benar telah siap dengan berbagai macam pertanyaan di depannya.
            “Horeee uda siaap...!!”
            Suara Zizi terdengar dari sudut kelas. Ternyata dia telah menjawab semua pertanyaannya. Segera dia menyerahkan lembar jawabannya kepada pengawas dan keluar dari ruangan tersebut. Zizi pun berharap semua jawabannya benar. Karena inilah satu-satunya jalan untuknya saat ini supaya bisa memenuhi impiannya tersebut.
            “Ayah.. ya ampun, kenapa aku harus berdiri disini lagi. Aku kan harus segera menghubungi ayahku karena telah mengikuti tesnya.” Zizi pun segera berlari untuk meminjam hape  dari temannya. “Nisa.. pinjam hape nya lah bentar. Bolehkan? Mau nelpon ayah ni.” Tanpa berkata sepatah kata pun Nisa memberikan hape padanya. Tidak di sia-siakan pemberian orang, lantas Zizi pun segera menghubungi ayahnya. Tak perlu menunggu lama, ayahnya pun mengangkatnya. “ Ayah.. ini adek. Adek uda selesai ikut tes ke Jerman barusan. Ini baru aja keluar dari kelas,” ucap Zizi dengan gembira. Lantas ayahnya pun memberikan masukan dan nasehat supaya Zizi untuk terus berdoa demi keberhasilannya menggapai impian.
            “Nisa.. ini hape nya. Makasih banged ya uda pinjamin hape nya, kamu memang is the best Nis,” puji Azizah yang biasanya dipanggil Zizi. Kalau soal muji sih Zizi nomor satu. Maklum karena dia nggak berani bawa hape ke pesantren, karena dia juga termasuk salah seorang murid pandai disana. Setelah itu Zizi langsung kembali ke asramanya untuk menemani bantal yang sudah kedinginan tanpa pelukannya. “jeh.. aina wisadati? Antunna liat wisadati nggak?” ternyata bantal Zizi tidak ada di ranjangnya. Ini sudah menjadi hal biasa di pesantren. 5 menit nggak ada orang di kasur pasti uda ada yang tidurin. Apa lagi kalau kasurnya masih bagus pasti nggak pernah sepi. Setelah Zizi menemukan bantalnya, lantas dia pun menaiki ranjangnya untuk tidur siang, ditemani bantal yang sudah hangat akibat pelukan temannya.
            Hari pengumuman pun tiba. Ternyata para peserta telah menunggu hasil pengumumannya di tempel. Mereka tidak sabar lagi ingin melihat nama mereka tercantum di selembar kertas yang ditempel di papan pengumuman. Bagi peserta dari SMK 2 Banda Aceh, hasilnya akan di kirim melalui email sekolah. “ini pengumumannya uda keluar,” ucap petugas yang menempel hasil pengumuman tersebut. “jangan ada yang nangis disini ya nanti ya, kalau memang ada maka hasil pengumuman ini dibatalkan,”tambahnya dengan nada canda. Semua peserta yang mengikuti tes tersebut berdesakan melihat pengumumannya. Mulai dari yang tertawa, lompat-lompat, berlari, sujud syukur, dan menangis pun ada disana. Itulah ekspresi berbagai macam ekspresi mereka ketika melihat hasil pengumuman.
            “Zi.. anti uda liat hasil pengumumannya belum?” tanya kawannya. Seraya hati Zizi pun tersentak. Ternyata dia lupa kalau hari ini adalah hari hasil tes pengumuman ke Jerman. “oiyya ana lupa, ana ganti baju dulu, tunggu ana ya,” kata Zizi. “ana uda liat Zi hasilnya tadi, hasilnya mengecewakan. Ana nggak lewat Zi,” kata temannya dengan nada sedih. “yaudah mau gimana lagi kalau uda gitu hasilnya. Yang penting tetap semangat, kan masih ada gelombang kedua,” nasehat Zizi. Setelah itu Zizi pergi melihat hasil pengumuman tersebut. Hatinya deg-deg kan dengan hasil pengumuman tersebut. Dipercepatkan laju langkahnya sambil berdoa dalam hati kecilnya untuk hasil yang menggembirakan.
            Zizi menangis ketika melihat hasil pengumuman tidak tercantum namanya disana. Melihat Zizi menangis, lalu petugas pun menghampirinya seraya menyemangatinya supaya berusaha lebih giat lagi. Zizi pun kembali ke asrama dengan air mata di pipinya. Temannya segera menghampiri dan memeluknya supaya dia tetap bisa tenang, karena masih ada gelombang kedua yang akan diadakan beberapa hari kemudian.
            Beberapa jam sebelum gelombang kedua dimulai.
            “Zi.. ana urid al’ab tabtabaton, hayya nal’ab,” ajak temannya yang ingin bermain bulu tangkis. Zizi tak menghiraukan ajakan temannya. Dia terus belajar dan berusaha sekeras mungkin untuk bisa lulus pada gelombang kedua, karena dia sangat ingin pergi ke Jerman. Lantas temannya pun pergi setelah Zizi tak menghiraukan ajakannya tadi.
            Waktu H pun tiba. Ternyata Zizi sudah berada di dalam kelas begitu awal. Dia tidak menghiraukan lagi selain ingin menjawab pertanyaan dengan benar. Soal pun diserahkan. Dengan segala kemampuannnya Zizi menjawab semua pertanyaannya. Ketika yang lain sudah keluar, dia tidak ingin ikutan cepat keluar. Dia hanya fokus pada jawabannya. Dia hanya ingin impiannya itu bisa terwujud. “waktu habis,” kata pengawas. Lalu Zizi pun segera mengumpulkan jawabannya. Ketika keluar ruangan temannya bertanya,”kanapa lama kali Zi? Biasanya kan kamu cepet. Setelah mendengar temannya bertanya, dia pun memalingkan wajah dan kembali ke asrama untuk istirahat. Ini adalah kali kedua dimana dia tidak menghiraukan omongan temannnya. Ya, harap dimaklumi saja kalau dia begitu, karena Jerman impiannya.
            “Zizi... anti lulus ke Jerman. Ana liat tadi ada nama anti di papan pengumuman,” kata temannya gembira. “yang betol bilang? Jangan bohong, ntar ana juga yang sedih kalau nggak lulus lagi.” kalau nggak percaya lia aja sendiri sana,” lanjut temannya kesal. Lantas Zizi dengan segera melihat hasil pengumumannya. Matanya hanya terpusat pada satu titik yaitu Azizah. Nama yang paling dinantinya untuk muncul di papan pengumuman tersebut.
            Akhirnya, tepat pada 12 Juni 2011 Jerman pun menjadi miliknya. Musim kemarau terjadi saat itu, sehingga membuat siang lebih lama dari malam. Sempat dia berpikir kalau itu adalah kiamat. Ya maklum saja kalau dia sempat berpikran bagitu karena di Indonesia tidak ada hal demikian yang menjadikan malam lebih singkat dari siang atau sebaliknya. Walaupun dia sempat berpikiran begitu, berbagai kota di terkenal di Jerman pun tetap didatanginya. Mulai dari Frankfurt, Heidelberg, hingga Stutgard dan tak ketinggalan juga dia ke Goethe University yang merupakan salah satu universitas disana. Puncak Main Tower, mungkin itulah kenangan yang tak pernah bisa dilupakannya. Salah satu gedung tertinggi di Jerman yang membuatnya ingin selalu menaikinya. Dari sana terlihat semua yang berada dibawahnya. Pemandangan yang benar-benar wonderful.
            Tepat 18 juni 2011, Zizi merayakan hari ulang tahunnya yang ke-17 disana. Benar-benar terasa istimewa sekali andaikata semua orang menjadi sepertinya.

By

Tidak ada komentar:

Posting Komentar